Biodata Joko Widodo
Nama
: Joko
Widodo
Tempat
Tanggal Lahir : Surakarta, 21 Juni 1961
Agama :
Islam
Pekerjaan :
Pengusaha
Agama :
Islam
Profil Facebook : jokowi
Akun twitter :
jokowi_do2
Email :
jokowi@indo.net.id
Alamat Kantor : Jl. Jend.
Sudirman No. 2 Telp. 644644, 642020, Psw 400, Fax. 646303
Alamat
Rumah Dinas : Rumah Dinas Loji Gandrung
Jl. Slamet Riyadi No. 261 Telp. 712004
Pendidikan:
- SDN 111 Tirtoyoso Solo
- SMPN 1 Solo
- SMAN 6 Solo
- Fakultas Kehutanan UGM
Yogyakarta lulusan 1985
Karir :
·
Pendiri Koperasi Pengembangan
Industri Kecil Solo (1990)
· Ketua Bidang Pertambangan &
Energi Kamar Dagang dan Industri Surakarta (1992-1996)
·
Ketua Asosiasi Permebelan dan
Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007)
Penghargaan :
·
Joko Widodo terpilih menjadi salah
satu dari “10 Tokoh 2008″
·
Menjadi walikota terbaik tahun 2009
· Pak Joko Widodo jg meraih
penghargaan Bung Hatta Award, atas kepemimpinan dan kinerja beliau selama
membangun dan memimpin kota Solo.
·
Universitas Sebelas Maret Surakarta
(UNS) Award
Selain itu, berkat kepemimpinan beliau (dan
tentunya semua pihak yg membantu), kota Solo jg banyak meraih penghargaan, di
antaranya :
·
Kota Pro-Investasi dari Badan
Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah
·
Kota Layak Anak dari Kementerian
Negara Pemberdayaan Perempuan
·
Wahana Nugraha dari Departemen
Perhubungan
·
Sanitasi dan Penataan Permukiman
Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum
·
Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2
di Indonesia
·
Jokowi adalah tokoh pemimpin terpuji
Walikota Solo dan berperan memperomosikan Mobil ESEMKA
Asal Nama Julukan
Jokowi
“Jokowi
itu pemberian nama dari buyer saya dari Prancis,” begitu kata Wali Kota Solo,
Joko Widodo, saat ditanya dari mana muncul nama Jokowi. Kata dia, begitu banyak
nama dengan nama depan Joko yang jadi eksportir mebel
kayu. Pembeli dari luar bingung untuk membedakan, Joko yang
ini apa Joko yang itu. Makanya, dia terus diberi nama khusus, ‘Jokowi’.
Panggilan itu kemudian melekat sampai sekarang. Di kartu nama yang dia berikan
tertulis, Jokowi, Wali Kota Solo. Belakangan dia mengecek, di Solo yang namanya
persis Joko Widodo ada 16 orang.
Jokowi yang mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta
akhirnya memenangkan Pilkada DKI Jakarta dengan melalui proses pemilu 2
putaran. Pada 15 Oktober 2012, Jokowi dilantik sebagai Gunernur DKI Jakarta.
Kuliah dan Berbisnis
Walau berasal dari keluarga “biasa” namun Jokowi
termasuk anak yang pandai. Ini terbukti dengan diterimanya dia menjadi
mahasiswa Jurusan Kehutanan Universitas Gajah Mada. Kesempatan emas ini
benr-benar dimanfaatkan oleh Jokowi untuk memperdalam ilmunya mengenai
perkayuan dan teknologinya.
Lulus dari UGM, Jokowi diterima disebuah perusahaan BUMN,
namun minatnya bukanlah menjadi pegawai. Ia pun kemudian memilih mundur dari
tempat bekerjanya. Jokowi kemudian membuka usaha sendiri yaitu mebel. Jokowi memulai usahanya dengann mengagunkan
rumah kecil miliknya satu-satunya. Usaha Jokowi cukup berhasil. Usaha mebelnya
membuat dirinya bisa berkenalan dengan seorang Micl Romaknan, seorang pengusaha
luar negeri yang sangat tertarik dengan mebel-mebel buatan Jokowi.
Awalnya Jokowi hanya dipanggil Joko saja di sekelilingnya
namun kemudian Micl Romaknan biasa menyingkat nama Joko Widodo menjadi Jokowi
sehingga nama panggilan Jokowi itulah yang populer dan menjadi hoki hingga saat
ini.
Etos kerja keras dan kejujuran Jokowi dalam berdagang
membuat dirinya dipercaya oleh Micl Romaknan untuk menyuplai mebel ke Eropa.
Akhirnya Jokowi pun sering mengunjungi Eropa. Dalam perjalanannya berkeliling
Eropa tersebut Jokowi sangat terinspirasi dengan tata kota yang begitu rapi dan
indah.
Selepas pulang dari Eropa, Jokowi ingin menjadikan kota
kelahirannya yaitu Solo menjadi kota yang tertata seperti kota-kota di Eropa.
Jokowi pun akhirnya terjun ke politik.
Perjalanan Politik Jokowi
Jokowi pun kemudian masuk ke dunia politik yang kemudian
mengantarkannya menjadi Walikota Solo. Jokowi kemudian merombak Solo menjadi
kota yang sangat tertib. Jokowi juga menertibkan masyarakat Solo walau awalnya
timbul pergolakan hingga akhirnya Solo menjadi kota percontohan dan kajian
Universitas luar negeri.
Jokowi juga membuat slogan untuk kopta tercintanya yaitu “Solo
: The Spirit of Java”. Dlam langkahnya melakukan penertiban terhadap
pedagang barang bekas di Taman Banjarsari, Jokowi menerapkan metode dialog
sehingga tidak sampai timbul gejolak. Jokowi juga merefungsikan kembali Taman
Balekambang yang telah tak terurus hingga menjadi lahan hijau yang indah. Sifat
tegas Jokowi pun dapat dicontoh dengan menolak investor yang tak mau tunduk
pada aturan mainnya serta gaya kepemimpinannya.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengajuan untuk kota
Solo sebagai anggota Organisasi Kota-Kota Warisan Dunia. Hal ini terealisasi
pada 2006 silam. Solo kemudian ditunjuk sebagai tuan rumah Festifal Musik Dunia
dimana tempat penyelenggaraannya adalah di benteng Vastenburg yang awalnya mau
di bongkar oleh investor untuk dijadikan pusat perbelanjaan.
Konferensi organisasi Kota Warisan Dunia juga diadakan di
kota Solo di Oktober 2008.
Juru Damai Keraton
Solo terkenal dengan kota yang masih berbentuk kerajaan.
Ketika Pakubuwono XII meinggal dunia dan belum sempat menunjuk penggantinya,
keraton Solo pecah menjadi dua pimpinan. Hal ini mmebuat Pemerintah turut
campur sehingga menunjuk dua pemimpin yang bakal memimpin keraton yaitu Paku
Buwono XIII sebagai Raja dan KGPH Panembahan Agung Tedjowulan sebagai wakil
atau Mahapatih.
Namun konflik ini terus berlanjut karena ada pihak
keluarga kerajaan yang tak menyetujui pembagian kekuasaan seperti itu. Konflik
itu meruncing dengan penolakan atas Raja dan Mahapatih untuk memasuki Keraton
pada tanggal 25 Mei 2012. Keduanya dicegat di pintu utama Keraton di
Korikamandoengan.
Jokowi yang ketika itu menjabat sebagai Walikota Solo pun
harus turun tangan. Jokowi kemudian mendatangi satu-per satu keluarga kerajaan
itu agar mau berdamai dan ini memakan waktu yang cukup lama yaitu 8 bulan. Namun
usaha Jokowi tak sia-sia. Kedua belah pihak yang bertikai itu akhirnya mau
berdamai dengan ditandai bersedianya Panembahan Agung Tedjowulan melepas gelar.
Apresiasi untuk Jokowi
Jokowi dinilai telah sukses menjadi walikota Solo dan
mengabdi pada rakyat. Hal ini membuat majalah Tempo menempatkan Jokowi sebagai
salah satu dari “10 tokoh 2008”. Jokowi juga mendapat gelar sebagai “Bintang
Jasa Utama” yang merupakan penghargaan tertinggi bagi warga sipil.
Di mata internasional, Jokowi juga terpilih sebagai wali
kota terbaik ke tiga sedunia atas kesuksesannya menjadikan Surakarta sebagai
kota seni dan budaya, kota yang terindah dan terbersih dari korupsi. Di
pemilihan walikota selanjutnya, Jokowi terpilih untuk yang kedua kalinya.
Sebelumnya dengan masa jabatan 2005-2010 kemudian dipilih lagi dengn masa
jabatan 2010-2015.
Menjadi Gubernur DKI
Walau Jokowi dianggap sukses sebagai walikota Solo namun
dimata nasional nama Jokowi belum menjadi primadona. Ketika akan diadakan
pemilihan gubernur DKI Jakarta, Jusuf Kalla secara pribadi meminta kepada
Megawati untuk mencalonkan Jokowi (Jokowi adalah kader PDIP). Namun waktu itu
Mega belum bisa meerima dan Jokowi pun menolak. Namun kemudian tak hanya Jusuf
Kalla yang meminta tapi juga tokoh seperti Prabowo dan Hidayat Nur Wahid.
Akhirnya Mega pun mendukung Jokowi. Jokowi kemudian dipasangkan dengan Basuki
Tjahya Purnama atau Ahok untuk mengikuti pemilihan gubernur DKI dimana lawannya
cukup berat yaitu Fauzi Bowo.
Awalnya Jokowi tak diunggilkan namun di putaran kedua
nama Jokowi Ahok unggul tipis 54 – 45 atas Fauzi Bowo. Dan Jokowi pun terpilih
sebagai gubernur DKI Jakarta. Jokowi kemudian memutuskan untuk megundurkan diri
dari walikota Surakarta (ketika itu belum ada peraturannya jika walikota
mencalonkan diri menjadi gubernur harus mundur terlebih dahulu, sehingga Jokowi
dinilai tak melanggar aturan main).Dan pada 29 Sepetember 2012 Jokowi-Ahok
resmi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dengan masa periode
2012-2017.
Sepak Terjang Jokowi Sebagai Gubernur DKI
Jakarta
Setelah dilantik menjadi gubernur, sehari kemudian Jokowi
langsung bekerja dengan melakukan blusukan ke berbagai pasar tradisional dan
pinggiran Jakarta. Ini dilakukan agar Jokowi bisa lebih dekat dengan rakyat. Program
selanjutnya yaitu Kartu Jakarta Sehat yang memberikan kemudahan dan keringanan
warga Jakarta dalam mendapatkan pengobatan layak tanpa harus berhadapan dengan
birokrasi berbelit.
Awalnya KJS ditentang oleh 14 rumah sakit, pasalnya tak
jelas akan anggaran yang diberikan pada rumah sakit untuk melayani pasien KJS.
Namun setelah melakukan dialog, 1 rumah sakit bersedia menerimanya dan hanya 2
yang masih belum menerima. Jokowi juga telah menyetujui kenaikan UMP untuk
wilayah Jakarta yang awalnya hanya 1,7 juta menjadi 2,44 juta per bulan.
Jokowi kemudian juga mempelopori adanya lelang jabatan
yaitu setiap PNS diberi kesempatan yang sama untuk menduduki posisi yang
diinginkannya dengan memenuhi kualifikasi dan mengikuti tes. Hasil tes
diumumkan secara transparan dan pemerintah provinsi menempatkan PNS tersebut
sesuai prestasi dan kualifikasinya. Program ini sempat membuat kontroversi dan
penolakan oleh lurah yang merasa terancam posisinya. Namun setelah diadakan
dialog, terjadi kesepakatn dengan cara lelang jabatan ini. Namun dalam
pelaksanaannya lelang jabatan ini dinilai 60% tak memuaskan. Salah satunya
dengan ditangkapnya lurah Ceger dan bendaharanya karena kedapatan korupsi
anggaran 450 juta dan kemudian dijadikan tahanan di Kejaksaan Negeri Jakarta
Timur.
Hal lain yang menjadi perhatian Jokowi adalah razia
topeng monyet dimana pemda akan mengganti monyet dengan harga 1 juta jika mau
menyerahkan ke pemerintah untuk dipelihara oleh ragunan. Namun program ini
kemudian mendapat kritikan karena masih banyak urusan masyarakat yang lain
ketimbang ngurusin monyet. Lagi pula pemilik monyet juga dirasa belum siap
belajar keterampilan kerja baru sehingga dikhwatirkan malah akan mendapat
kesulitan ekonomi.
Kisah
Jokowi
Gubernur baru DKI Jakarta Joko Widodo memiliki kisah masa
kecil yang unik. Jokowi kecil sempat merasakan pahitnya kehidupan saat rumahnya
tergusur. Masa kecil Jokowi diwarnai canda dan tawa, dengan sesekali diselingi
tangisan. Rumah petak sekaligus tempat usaha kayu ayahnya di daerah Cinderejo
Lor, digusur dan dijadikan pusat jasa travel. Sang bunda menuturkan bahwa
Jokowi kecil adalah sosok pendiam, namun pandai bergaul. Banyak yang mengenal
Jokowi sebagai orang yang selalu mengalah, untuk menghindari pertengkaran.
Sikap tersebut diwarisi Jokowi dari kedua orangtuanya yang selalu mengajarkan
makna ikhlas dan bertanggung jawab.
Berbeda dengan anak-anak kebanyakan, Jokowi selalu
berjalan kaki menuju sekolahnya, disaat yang lain memamerkan sepeda ontel
terbaru. Menurut Jokowi kala itu, sekolah tidak terlalu jauh dari rumah,
sehingga berjalan kaki pun tidak menjadi masalah. Bakti kepada orangtua
ditunjukkan Jokowi tak hanya lewat sikap, namun juga sejumlah prestasi. Saat
menjadi Walikota Solo hingga menjadi Gubernur DKI Jakarta, orang-orang yang
mengenalnya tidak pernah menyangka perjalanan hidup Joko kecil. Sosok jokowi
sangat dicintai rakyatnya. Dukungan warga Solo tak pupus, termasuk saat Jokowi
maju menjadi Gubernur DKI Jakarta. Anak tukang kayu itu pun, kini menjadi orang
nomor satu di DKI Jakarta.
Jokowi kecil adalah anak seorang "tukang kayu".
Setelah Beliau lulus dari SMA, kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada . Setelah lulus kuliah tahun 1985, dirinya
merantau ke Aceh dan bekerja di salah satu BUMN. Kemudian ia kembali ke Solo
dan bekerja di Perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan, CV. Roda Jati.
Setelah merasa cukup, pada tahun 1998, dirinya berhenti bekerja di CV tersebut
dan memulai berbisnis sendiri bermodal dari pengalaman yang pernah ia miliki.
Dengan kerja keras, ketekunan dan keuletan, akhirnya Jokowi berhasil
mengembangkan bisnisnya dan menjadi seorang eksportir mebel.
Jokowi meraih gelar
insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Ketika mencalonkan diri
sebagai wali kota, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai
pedagang mebel rumah dan taman ini bahkan hingga saat ia terpilih. Pada tahun
2005, Pak Jokowi memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo dengan
partai politik PDI Perjuangan sebagai kendaraan politiknya. Akhirnya Beliau pun
terpilih menjadi Walikota Solo. Selama kepemimpinannya, Solo banyak mengalami
kemajuan. Setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan
olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering
ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.
Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang
pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo
yaitu "Solo: The Spirit of Java". Langkah yang dilakukannya cukup
progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang
bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan
hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan
publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh
televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak
ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan
menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya.
Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta
untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada
tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan
rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun
2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang
diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan
pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek
Istana Mangkunegaran. Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah
satu dari "10 Tokoh 2008"
Sikap rendah hati Walikota solo ini tidaklah dibuat-buat.
Bagi Masyarakat Solo, Jokowi adalah sosok pemimpin yang sangat peduli dengan
kehidupan mereka. Di lorong pasar dan jalan-jalan di Kota Solo, Pak Jokowi
sering sekali mengobrol dan mendengarkan keluh kesah rakyat tanpa jarak. Ada
satu fakta yang sangat mengejutkan, Jokowi belum pernah mengambil gajinya
selama menjabat sebagai seorang Walikota dan Mobil yang ia pakai sebagai mobil
dinas saat ini hanyalah "warisan" mobil dinas pendahulunya yaitu
Bapak Slamet Suryanto.
Pada pemilihan Walikota 2010-2015, Pak Jokowi berhasil
meraih 90% suara dari total pemilih. Sungguh fantastis seorang pemimpin yang
benar-benar dicintai masyarakatnya. Mobil Esemka, beliau lah salah satu orang
yang berani memakai dan mempeloporinya. Jokowi-pun menyemangati murid-murid
pembuat mobil Esemka saat mobil ini tak lulus uji emisi. Ia diminta oleh Jusuf
Kalla untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI tahun
2012 dan berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama. Ia mencalonkan diri sebagai
Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI tahun 2012 dan berpasangan dengan Basuki
Tjahaja Purnama.
Hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei pada
hari pemilihan, 11 Juli 2012 dan sehari setelah itu mengunggulkan namanya
sebagai pemenang. Pasangan ini diunggulkan memenangi pemilukada DKI 2012. Dalam
pilkada putaran kedua hasil penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia
menetapkan pasangan Jokowi-Ahok sebagai pemenang dengan 53,81%. Sementara
rivalnya, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli mendapat 46,19%. Apabila hasil ini tidak
berubah hingga penetapan resmi KPUD DKI Jakarta, Jokowi dipastikan menjabat
gubernur yang ke-17. Akhirnya pada 29 September 2012 KPUD DKI Jakarta
menetapkan pasangan Jokowi-Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang
baru untuk masa bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo-Prijanto.
Dicalonkan Sebagai Presiden
Melihat track record Jokowi dalam memimpin, banyak
kalangan merasa Jokowi layak diajukan sebagai kandidat calon presiden RI dalam
pemilu 2014 mendatang.
Wawancara dengan Joko Widodo
Sikap apa yang Anda bawa dalam menjalankan karier sebagai birokrat?
Secara prinsip, saya hanya bekerja untuk rakyat. Hanya
itu, simpel. Saya enggak berpikir macam-macam, wong enggak bisa apa-apa. Mau
dinilai tidak baik, silakan, mau dinilai baik, ya silakan. Saya kan tugasnya
hanya bekerja. Enggak ada kemauan macam-macam. Enggak punya target apa-apa.
Bekerja. Begitu saja. Bener, saya tidak muluk-muluk dan sebenarnya yang kita
jalankan pun semua orang bisa ngerjain. Hanya, mau enggak. Punya niat enggak.
Itu saja. Enggak usah tinggi-tinggi. Sederhana sekali.
Contoh, lima tahun yang lalu, pelayanan KTP kita di
kecamatan semrawut. KTP bisa dua minggu, bisa tiga minggu selesai. Tidak ada
waktu yang jelas. Bergantung pada yang meminta, seminggu bisa, dua minggu bisa.
Tapi, dengan memperbaiki sistem, apa pun akan bisa berubah. Menyiapkan sistem,
kemudian melaksanakan sistem itu, dan kalau ada yang enggak mau melaksanakan
sistem, ya, saya injak.
Awalnya reaksi internal bagaimana?
Ya biasa, resistensi setahun di depan, tapi setelah itu,
ya, biasa saja. Semuanya kalau sudah biasa, ya semuanya senang. Ya, kita
mengerti itu masalah kue, ternyata ya juga bisa dilakukan. Untuk mengubah
sistem proses KTP itu, tiga lurah saya copot, satu camat saya copot. Saat itu,
ketika rapat diikuti 51 lurah, ada tiga lurah yang kelihatan tidak niat. Enggak
mungkin satu jam, pak, paling tiga hari, kata mereka. Besoknya lurah itu tidak
menjabat. Kalau saya, gitu saja. Rapat lima camat lagi, ada satu camat, sulit
pak, karena harus entri data. Wah ini sama, lah. Ya, sudah. Nyatanya, setelah
mereka hilang, sistemnya bisa jalan. Seluruh kecamatan sekarang sudah seperti
bank. Tidak ada lagi sekat antara masyarakat dan pegawai, terbuka semua. Satu
jam juga sudah jadi. Rupiah yang harus dibayar sesuai perda, Rp 5.000.
Anda juga punya pengalaman menarik dalam penanganan
Pedagang Kaki Lima (PKL) yang kemudian banyak menjadi rujukan?
Iya. Sekarang banyak daerah-daerah ke sini, mau mengubah
mindset. Oh ternyata penanganan (PKL) bisa tanpa berantem. Memang tidak mudah.
Pengalaman kami waktu itu adalah memindahkan PKL di Kecamatan Banjarsari yang
sudah dijadikan tempat jualan bahkan juga tempat tinggal selama lebih dari 20
tahun. Kawasan itu sebetulnya kawasan elite, tapi karena menjadi tempat dagang
sekaligus tempat tinggal, yang terlihat adalah kekumuhan.
Lima tahun yang lalu, mereka saya undang makan di sini
(ruang rapat rumah dinas wali kota). Saya ajak makan siang, saya ajak makan
malam. Saya ajak bicara. Sampai 54 kali, saya ajak makan siang, makan malam,
seperti ini. Tujuh bulan seperti ini. Akhirnya, mereka mau pindah. Enggak usah
di-gebukin.
Mengapa butuh tujuh bulan, mengapa tidak di tiga bulan
pertama?
Kita melihat-melihat angin, lah. Kalau Anda lihat,
pertama kali mereka saya ajak ke sini, mereka semuanya langsung pasang spanduk.
Pokoknya kalau dipindah, akan berjuang sampai titik darah penghabisan, nyiapin
bambu runcing. Bahkan, ada yang mengancam membakar balai kota.
Situasi panas itu sampai pertemuan ke berapa?
Masih sampai pertemuan ke-30. Pertemuan 30-50 baru kita
berbicara. Mereka butuh apa, mereka ingin apa, mereka khawatir mengenai apa.
Dulu, mereka minta sembilan trayek angkot untuk menuju wilayah baru. Kita beri
tiga angkutan umum. Jalannya yang sempit, kita perlebar. Yang sulit itu, mereka
meminta jaminan omzet di tempat yang baru sama seperti di tempat yang lama.
Wah, bagaimana wali kota disuruh menjamin seperti itu. Jawaban saya, rezeki
yang atur di atas, tapi nanti selama empat bulan akan saya iklankan di televisi
lokal, di koran lokal, saya pasang spanduk di seluruh penjuru kota. Akhirnya,
mereka mau pindah. Pindahnya mereka saya siapkan 45 truk, saya tunggui dua
hari, mereka pindah sendiri-sendiri. Pindahnya mereka dari tempat lama ke
tempat baru saya kirab dengan prajurit keraton. Ini yang enggak ada di dunia
mana pun. Mereka bawa tumpeng satu per satu sebagai simbol kemakmuran. Artinya,
pindahnya senang. Tempat yang lama sudah jadi ruang terbuka hijau kembali.
Omzetnya di tempat yang baru?
Bisa empat kali. Bisa tanya ke sana, jangan tanya saya.
Tapi, ya kira-kira ada yang sepuluh kali, ada yang empat kali. Rata-rata empat
kali. Ada yang sebulan Rp 300 juta. Itu sudah bukan PKL lagi, geleng-geleng
saya.
Bagaimana dengan PKL yang lain?
Setelah yang eks-PKL Banjarsari pindah, tidak sulit
meyakinkan yang lain. Cukup pertemuan tiga sampai tujuh kali pertemuan selesai.
Sampai saat ini, kita sudah pindahkan 23 titik PKL, tidak ada masalah. Lha yang repot sekarang ini malah pedagang PKL
itu minta direlokasi. Kita yang nggak punya duit. Sampai sekarang ini, masih 38
persen PKL yang belum direlokasi. Jadi, kalau masih melihat PKL di jalan atau
trotoar, itu bagian dari 38 persen tadi.
Tampaknya, pemberdayaan pasar menjadi perhatian Anda?
Oiya. Kita sudah merenovasi 34 pasar dan membangun pasar
yang baru di tujuh lokasi. Jika dikelola dengan baik, pasar ini mendatangkan
pendapatan daerah yang besar. Dulu, ketika saya masuk, pendapatan dari pasar
hanya Rp 7,8 miliar, sekarang Rp 19,2 miliar. Hotel hanya Rp 10 miliar,
restoran Rp 5 miliar, parkir Rp 1,8 miliar, advertising Rp 4 miliar. Hasil Rp
19,2 miliar itu hanya dari retribusi harian Rp 2.600. Pedagangnya banyak
sekali, kok. Ini yang harus dilihat. Asal manajemennya bagus, enggak rugi kita
bangun-bangun pasar. Masyarakat-pedagang terlayani, kita dapat income seperti
itu. Sementara kalau mal, enggak tahu saya, paling bayar IMB saja, kita mau
tarik apa? Makanya, mal juga kita batasi. Begitu juga hypermarket kita batasi.
Bahkan, minimarket juga saya stop izinnya. Rencananya dulu akan ada 60-80 yang
buka, tapi tidak saya izinkan. Sekarang hanya ada belasan.
Tapi, sepertinya Pasar Klewer belum tersentuh ya,
kondisinya masih kurang nyaman?
Klewer itu, waduh. Duitnya gede sekali. Kemarin, dihitung
investor, Rp 400 miliar. Duit dari mana? Anggaran berapa puluh tahun, kita mau
cari jurus apa belum ketemu. Anggaran belanja Solo Rp 780 miliar, tahun ini Rp
1,26 triliun. Tidak mampu kita. Pedagang di Klewer lebih banyak, 3.000-an
pedagang, pasarnya juga besar sekali. Di situ, yang Solo banyak, Sukoharjo banyak,
Sragen banyak, Jepara ada, Pekalongan ada, Tegal ada. Batik dari mana-mana.
Tapi, saya yakin ada jurusnya, hanya belum ketemu aja.
Soal pendidikan, di beberapa daerah sudah banyak
dilakukan pendidikan gratis, apakah di Solo juga begitu?
Kita beda. Di sini, kita menerbitkan kartu untuk siswa,
ada platinum, gold, dan silver. Mereka yang paling miskin itu memperoleh kartu
platinum. Mereka ini gratis semuanya, mulai dari uang pangkal sampai kebutuhan
sekolah dan juga biaya operasional. Kemudian, yang gold itu mendapat fasilitas,
tapi tak sebanyak platinum. Begitu juga yang silver, hanya dibayari pemkot
untuk kebutuhan tertentu.
Itu juga yang diberlakukan untuk kesehatan?
Iya, ada kartu seperti itu, ada gold dan silver. Gold ini
untuk mereka yang masuk golongan sangat miskin. Semua gratis, perawatan rawat
inap, bahkan cuci darah pun untuk yang gold ini gratis.
Tampaknya, sekarang masyarakat sudah percaya pada Anda,
padahal di awal terpilih, banyak yang sangsi?
Yah, satu tahun, lah. Namanya belum dikenal, saya kan
bukan potongan wali kota, kurus, jelek. Saya juga enggak pernah muncul di Solo,
apalagi bisnis saya 100 persen ekspor. Ada yang sangsi, ya biar saja, sampai
sekarang enggak apa-apa. Mau sangsi, mau menilai jelek, terserah orang.
Dulu, apa niat awalnya jadi wali kota?
Enggak ada niat, kecelakaan. Ndak tahu itu. Dulu, pilkada
pertama, kita dapat suara 37 persen, menang tipis. Wong saya bukan orang
terkenal, kok. Yang lain terkenal semuanya kan, saya enggak. Tapi, kelihatannya
masyarakat sudah malas dengan orang terkenal. Mau coba yang enggak terkenal.
Coba-coba, jadi saya bilang kecelakaan tadi itu memang betul.
Hal apa yang paling mengesankan selama Anda menjadi wali
kota?
Paling mengesankan? Paling mengesankan itu, kalau dulu,
kan, wali kota mesti meresmikan hal yang gede-gede. Meresmikan mal terbesar
besar misalnya. Tapi, sekarang, gapura, pos ronda, semuanya saya yang buka,
kok. Pos ronda minta dibuka wali kota, gapura dibuka wali kota, ya gimana
rakyat yang minta, buka aja. Ya, kadang-kadang lucu juga. Tapi kita nikmati.
Apa kesulitan yang paling pertama Anda temui saat
menjabat sebagai wali kota?
Masalah aturan. Betul. Kita, kalau di usaha, mencari yang
se-simpel mungkin, seefisien mungkin. Tapi, kita di pemerintahan enggak bisa,
ada tahapan aturan. Meskipun anggaran ada, aturannya enggak terpenuhi, enggak
bisa jalani. Harusnya, bisa kita kerjain dua minggu, harus menunggu dua tahun.
Banyak aturan-aturan yang justru membelenggu kita sendiri, terlalu prosedural.
Kita ini jadi negara prosedur.
Apa pertimbangannya saat Anda mencalonkan untuk kali
kedua?
Sebetulnya, saya enggak mau. Mau balik lagi ke habitat
tukang kayu. Saat itu, setiap hari datang berbondong-bondong berbagai kelompok
yang mendorong saya maju lagi. Mereka katakan, ini suara rakyat. Saya berpikir,
ini benar ndak, apa hanya rekayasa politik. Dua minggu saya cuti, pusing saya
mikir itu. Saya pulang, okelah saya survei saja. Saya survei pertama, dapatnya
87 persen. Enggak percaya, saya survei lagi, dapatnya 87 persen lagi.
Setelah survei itu, saya melihat, benar-benar ada
keinginan masyarakat. Jadi, yang datang ke saya itu benar. Dan ternyata memang
saya dapat hampir 91 persen. Saya lihat ada harapan dan ekspektasi yang terlalu
besar. Perhitungan saya 65-70 persen. Hitungan di atas kertas 65:35, atau
60:40, kira-kira.
Ada kekhwatiran tidak, ketika lepas jabatan, semua yang
Anda bangun tetap terjaga?
Pertama ada blueprint, ada concept plan kota. Paling
tidak, pemimpin baru nanti enggak usah pakai 100 persen, seenggaknya 70 persen.
Jangan sampai, sudah SMP, kembali lagi ke TK. Saya punya kewajiban juga untuk
menyiapkan dan memberi tahu apa yang harus dilakukan nantinya.
Beberapa
hal yang mungkin Anda perlu tahu tentang Joko Widodo :
·
Dua
kali terpilih menjadi Walikota Solo dengan perolehan suara pada periode kedua
lebih dari 90%
·
Beliau
tidak pernah mengambil gajinya sebagai walikota (berkisar Beliau sebenarnya tidak antusias (tidaknya sekitar ± 7-8 juta rupiah) menginginkan
membicarakan masalah ini, mem-blow up masalah ini).
·
Beliau
setiap hari hanya duduk dikantor ± 2-3 jam, selebihnya terjun langsung ke
lapangan, sidak, dll.
·
Beliau
adalah seorang yang pro rakyat; pro pasar, pro pengusaha (kecil), namun bukan
seorang yang anti investasi dan pengusaha-pengusaha. Beliau sangat selektif
mengurusi masalah pembangunan (apalagi menyangkut kehidupan rakyat nya).
·
Beliau
menggunakan mobil dinas pribadi nya yang sudah 10 tahun belakangan dari
walikota sebelumnya belum pernah diganti (menurut cerita pernah beberapa kali
mogok, namun tidak lantas sampai mengganggu aktivitasnya).
·
Beliau
adalah seorang pemimpin yang tegas, terbukti beberapa perangkat dibawahnya yang
tidak mengikuti “cara” beliau, akan segera ditinggal oleh nya.
Ada 10 alasan yang ditulis oleh seorang pengguna di opini
kompasiana mengapa Jokowi patut dicapreskan di 2014 demi “Indonesia Baru” :
1. Dilihat dari
rekam jejak dan sepak terjangnya dalam hal kesehatan, pendidikan, perlindungan
warga negara, perekonomian rakyat, dll, Jokowi adalah seorang pemimpin yang
Konstitusionalis. Artinya beliau taat, mengerti, dan melaksanakan amanah UUD
1945 dan Pancasila (yang adalah hukum tertinggi dan fondasi Republik ini).
Beliau mampu memimpin bangsa ini kembali kepada UUD 1945 dan Pancasila
2. Beliau tidak
mempunyai hutang dan beban apapun kepada siapapun, baik itu beban moral,
politik, bisnis, uang, hutang budi, dlsbg, kecuali kepada Rakyat yang
dipimpinnya
3. Beliau
menganut sistem “Principled Leadership”. Artinya beliau memimpin berdasarkan
prinsip, tidak bisa dinego, disuap, dipengaruhi, diancam, dlsbg. Bahkan
bawahannya yang tidak mengikuti prinsip prinsip beliau akan dijatuhkan sangsi,
ditinggal, dipindahkan, atau bahkan dipecat
4. Beliau
adalah seorang pemimpin yang bersih alias bebas dari segala bentuk KKN. Ini
disebabkan oleh poin #3. Tidak pernah ada satu kasus korupsi apapun yang
menyeret atau mengarah kepadanya. Malah sebaliknya, para bawahannya yang
terlibat KKN langsung dipecat
5. Beliau
adalah pemimpin yang tegas dan berani mengambil segala resiko, asalkan
keputusan dan solusinya sejalan dengan prinsip prinsip beliau (seperti dalam
poin # 3)
6. Beliau
adalah pemimpin yang visioner dan “Results-Oriented”. Artinya beliau selalu
memimpin dengan fokus pandangan dan tujuan ke depan, selalu mempunyai target
pembangunan, dan senantiasa mengawal dan memastikan targetnya terrealisasi
7. Beliau
adalah pekerja lapangan dan “Problem-Solver”. Alasan utama, beliau mengerti
bahwa masalah selalu ada di lapangan bukan di kantor. Oleh sebab itu beliau
sering terjun ke lapangan untuk mendengarkan langsung keluh-kesah warga, baru
kemudian beliau memetakan masalah. Setelah tahu masalahnya, solusi dan anggaran
langsung dirumuskan dan diputuskan. Alasan kedua, beliau sering kembali ke
lapangan untuk mem-follow-up, mengecek dan mengawal progressnya
8. Kalau beliau
terpilih sebagai RI-1, semua jajaran mentri dalam kabinet Jokowi bisa
dipastikan orang orang yang bersih, professional, dan ahli dalam bidangnya
masing-masing (tidak seperti kabinet sekarang: hasil transaksi politik dan
bagi-bagi “kue kekuasaan” antar Parpol). Artinya, 1 Jokowi menjadi puluhan
“Jokowi”. Juga, semua jajaran Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, dll, se
Indonesia akan “diluruskan”. Mengutip kata kata pak Basuki, Wagub DKI sekarang,
kalau kepala “lurus”, semua bawahannya bisa “diluruskan”. Satu lagi, Jakarta
juga akan semakin maju kalau Jokowi presiden karena Pempus dan Pemprov dan para
mentri bersangkutan akan bermitra dan saling mendukung dalam membangun ibukota
9. Yang tidak
kalah pentingnya, semua jajaran Polri (yang berada langsung dibawah komando
Presiden) bisa dipastikan akan “dibersihkan” dari oknum oknum Jendral kotor dan
korup. Seperti dalam poin #8, kalau pimpinan Polri bersih, semua anggota
corpsnya mudah “dibersihkan”. Kalau Polri bersih, semua bentuk KKN di negri ini
bisa “dibabat habis”
10.Yang juga
tidak kalah pentingnya, APBN akan “diselamatkan”, tidak bocor, “ditransparansikan”,
dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran seluruh Rakyat Indonesia
10 poin diatas menunjukkan bahwa kaliber seorang Jokowi
adalah kaliber seorang presiden, setara dengan kaliber Soekarno atau Obama. Jokowi
layak disebut “Little Soekarno” atau “Little Obama” karena postur tubuhnya yang kurus tapi gesit.
Kata-Kata Bijak dan Unik dari Jokowi Selama Memimpin :
·
Badan saya tinggal ini. Sekarang berat badan saya tinggal
53 kilo, udah kurus, habis karena bekerja terus. Saya memang bekerja, dan
bekerjanya di lapangan terus, karena sudah terbiasa begitu. Kalau nanti jadi
yang bisa disuruh lebih kerja keras lagi itu si Ahok, berat
badannya masih bisa diturunkan.
·
Saya pekerja, bukan politisi. Saya hanya berkerja dan
bekerja. Saya tidak peduli penilaian orang, mau jelek, mau gagal, mau berhasil,
yang penting saya bekerja.
·
Saya ini orang miskin, anak tukang kayu. Masa kecil saya,
kami tinggal di bantaran kali. Tiga kali orangtua saya berpindah-pindah,
mengontrak, karena tidak punya rumah. Waktu di bantaran kali itu juga, rumah
kami digusur pemerintah Solo, dan tidak diganti rugi. Itu semua memengaruhi
saya.
·
Pemimpin yang lahir dalam keluarga kaya raya, dengan
orang miskin tentu beda. Omongan boleh dibuat-buat, tetapi gestur tubuh dan
mimiknya tidak bisa berbohong.
·
Saya tidak mau memuji diri sendiri, tidak baik.
·
Jangan pengabdian, terlalu tinggi. Kalau yang
tinggi-tinggi, pengabdian, untuk politisi saja, sedangkan saya orang kerja.
Terlalu tinggi pengabdian buat saya
·
Amanah itu saya terima dengan senang hati dan dengan
penuh tanggung jawab.
·
Luwih becik rengeng-rengeng dodol dawet, tinimbang numpak
mercy mbrebes mili.
·
Ruang Kota dibangun dengan Bahasa Kemanusiaan, Bahasa
Kerja dan Bahasa Kejujuran.
·
Ini semua rasa terima kasih saya terhadapap bangsa saya,
Bangsa Indonesia.
·
Kerjakan dengan bahasa cinta, kerna itu yang diinginkan
setiap orang terhadap dirinya, cinta akan membawa pertanggungjawaban,
masyarakat akan disiplin sendiri jika ia sudah mengenal bagaimana ia mencintai
dirinya, lingkungan dan Tuhan
·
Hidup adalah tantangan, jangan dengarkan omongan orang,
yang penting kerja, kerja dan kerja. Kerja akan menghasilkan sesuatu, sementara
omongan hanya menghasilkan alasan.
·
Merah Putih ada harapan berkibar kembali dengan rasa
hormat dan bermartabat sebagai bangsa.
·
Itu semua karena saya pernah jadi korban gusuran.
Referensi :
-
http://duniapangankita.wordpress.com/2011/03/28/joko-widodo-sang-walikota-teladan/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Widodo
- http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/01/profil-jokowi-joko-widodo.html
-http://politik.kompasiana.com/2012/10/22/10-alasan-mengapa-jokowi-layak-dicapreskan-untuk-ri-1-periode-2014-2019-497462.html